Minggu, 01 Maret 2015

Astra Talangi Pembiayaan 200.000 Unit Mobil

Jakarta, KompasOtomotif - Astra Credit Companies (ACC) yang memanyungi lima perusahaan pembiayaan, PT Astra Sedaya Finance, PT Swadharma Bakti Sedaya Finance, PT Astra Auto Finance, PT Staco Estika Sedaya Finance, dan PT Pratama Sedaya Finance memprediksi menutup tahun ini dengan 200.000 unit pembiayaan kendaraan. 

Jodjana Jody, Chief Executive Officer ACC mengatakan, periode Januari-November 2014 perusahaan sudah berhasil menyalurkan kredit pada 195.331 unit kendaraan, naik 9 persen dari periode sama tahun sebelumnya, 178.435 unit.

"Kalau menyisakan sebulan, dengan rata-rata unit entry sekitar 15.000-17.000 unit lagi saya pikir akan menembus 200.000 unit," jelas Jody kepada KompasOtomotif, Rabu (24/12/2014). 

Dalam sebelas bulan berjalan, jelas Jody, ACC mengaku sudah menyalurkan pembiayaan kendaraan hingga Rp 50,26 triliun, naik 14 persen dari periode sama tahun sebelumnya hanya Rp 44,24 triliun.

"Penjualan produk LCGC (mobil murah) tahun ini lebih banyak, jadi ini penyebab mengapa growth piutang lebih kecil pertumbuhannya ketimbang jumlah unitnya," tukas Jody.

Porsi mobil murah pada total piutang perusahaan tahun ini diestimasi mencapai 13-15 persen dari total penjualan. Di sisi lain, ACC juga mulai mengurangi porsi pembiayaan kendaraan alat berat dari tahun lalu mencapai 7 persen, dipangkas tinggal 3 persen saja. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi melambatnya sektor pertambangan dan perkebunan nasional, sehingga pengalihan konsentrasi dilakukan perusahaan ke mobil penumpang dan komersial.

Melalui strategi quality booking, ACC mengaku masih berhasil menjaga tingkat kredit macet (NPL) di level 0,6 persen tahun ini. 

Perang diskon
Kondisi persaingan yang semakin ketat antara agen tunggal pemegang merek (ATPM) tahun ini memicu terjadinya perang diskon pada mobil-mobil baru. Tren ini ikut berdampak negatif terhadap perusahaan pembiayaan, tak terkecuali ACC. 

Akibatnya, mobil-mobil tarikan dari konsumen yang tidak berhasil mencicil tidak bisa dijual kembali dengan harga layak. Akibatnya, hampir semua mobil tarikan yang seharusnya menghasilkan tetap merugikan.

"Ada yang namanya Lost on Reposisition (LOR), ini akan naik karena mobil baru diskonnya sampai 20 persen, mobil tarikan kalau kita jual lagi tidak ada untungnya," keluh Jody.
Read More

Pahami Letak Saringan Udara Skutik Sebelum "Bermain Air"

Jakarta, KompasOtomotif – Hujan yang mulai sering mengguyur di berbagai wilayah Indonesia belakangan ini wajib diwaspadai biker, terutama pengguna skutik. Jika air meninggi dan nekat diterjang, kemungkinan masuk melalui saringan udara cukup besar. Efeknya cukup fatal, mengganggu kinerja CVT dan menyebabkan putaran belt”los”.

Babe, mekanik senior dari Omega Motor di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, mengatakan kepada KompasOtomotif (23/12/2014), kebanyakan pengguna tak tahu posisi saringan udara pada sepeda motornya. Kebanyakan asal menerabas genangan tanpa berpikir panjang.

”Kalau bebek atau sepeda motor sport kelihatan banget posisi lubang saringan udaranya. Kalau skutik beda-beda, ada yang tinggi sampai di balik jok, ada yang tampak. Ini yang pengguna harus bisa mengenali agar tahu batasan menerjang air,” papar Babe.

Sebagai contoh, posisi lubang saringan udara Yamaha Fino FI terletak di atas boks saringan udara. Saluran khusus dibuat agar posisinya lebih tinggi (sampai penutup bodi), dengan maksud agar tak mudah kemasukan air. Secara kasat mata tidak terlihat. Posisi saringan udara ini berbeda-beda berdasarkan spesifikasi dari merek serta jenis.

Memang, untuk pengguna skutik, kewaspadaan ekstra harus dilakukan. Memperhitungkan cara mengendarai sekaligus menerabas genangan air adalah hal yang wajib agar tidak mogok. Selain memperhatikan letak lubang saringan udara, poin lain menurut Babe cukup beragam.

Di antaranya, pengecekan bagian kelistrikan, terutama soket-soket yang sejatinya sudah didesain untuk tahan air. Misalnya sensor oksigen, soket koil dan sebagainya.
Konten ini adalah kerjasama antara Otomotif Kompas.com dengan Yamaha Motor Indonesia.
Read More